Rabu, 10 Juli 2013

Pendidikan Generasi Papua Masa Kini dan Tantangan yang di Hadapi

Pendidikan Generasi Papua Masa Kini dan Tantangan yang di Hadapi

Semua kita yang punya perhatian khusus untuk kemajuan Papua pasti selalu monitor media tentang apa saja yang ada kaitannya dengan Papua. Mulai dari Persipura Jayapura, Freeport, demo mahasiswa, demo merdeka, sampai kiat atau terobosan pemerintah daerah yang menakodahi tanah kami yang tercinta ini.
Hal ini terkadang adalah kegiatan sukarela yang di lakukan kami yang sedang kuliah, kerja atau tinggal saja di Jawa atau Jakarta lebih trendi-nya maupun di dunia. Intinya kita semua memiliki perhatian khusus untuk Papua.
Disini saya ingin mengulas aspek pendidikan saja oleh karena ini adalah bidang yang saya selalu ikuti dari awal mulai saya lulus pendidikan SMA di Jayapura.
Pendidikan
Definisi pendidikan bisa di extract dari Wikipedia dengan artian yang dapat di tafsir dengan berbeda oleh siapa saja.
Menurut hemat saya pendidikan itu ada 2 kunci penting yaitu 1. Proses pengkondisian manusia dari umur siap sekolah (sesuai aturan yang ada) 2. Proses pemberian pengajaran (pengetahuan, moral, etika) dimana masyarakat kita percaya bahwa dengan adanya ini, generasi kita dapat survive di masyarakat, maupun memiliki basis pengetahuan yang dapat menolong ketika masuk ke dalam roda ekonomi global yang hampir semua di drive oleh capitalism (orang/institusi bermodal). Okey, cukup dengan definisi!
Papua dan Pendidikannya
Sebenarnya saya agak ragu dengan keputusan untuk memulai bagian dari tulisan ini apakah dengan pendidikan dulu atau ekonomi. Saya tahu memang saya tidak dapat memberikan analisa detil untuk ekonomi, makanya sebaiknya saya mulai dengan pendidikan dengan asumsi yang saya mulai agak ragu tetapi tetap saya tulisakan yakni:
1. Papua itu kaya sehingga ‘seharusnya’ manusia siapapun yang lahir, tumbuh dan berkembang di tanah Papua selayaknya tidak mengalami ‘kesusahan’ untuk bersekolah dari SD-SMP-SMA-Universitas
2. Papua memiliki generasi muda yang cerdas dan tumbuh di lingkungan yang di dorong dan di dominasi oleh lembaga spiritual (gereja, mesjid, pura dll) dimana kemanapun mereka di seluruh Indonesia atau LN, mereka pasti mampu memilah yang ‘baik bermanfaat’ dan yang ‘tidak baik dan tidak bermanfaat’ untuk kedepan.
Sekarang, saya mulai merasakah kalau sistim yang telah di ciptakan untuk mendorong atau setidaknya me-maintain kualitas pendidikan di Papua mulai degradasi.
Apakah ini benar atau tidak, semoga saja diharapkan tidak terjadi demikian. Persoalannya sebenarnya yang saya ingin permasalahkan atau dengan kata akademis, mengundang debat/tanggapan dari kalangan mana saja yang tentunya punya hati dalam hal ini.
Pertama, saya perhatikan nakodah kapal Prov Papua dan Papua Barat sekarang belum terus terang dengan ‘grand design’ tentang pendidikan dan arahnya ke depan.
Contoh saja, gubernur terdahulu mencanangkan program 1000 doktor asal Papua dimana akan memberikan kontribusi benar dari timur Papua untuk RI. Hal ini di follow up oleh badan baru yang di bentuk BP ESDM dengan meng-outsourcing project ini ke beberapa institusi tink-tank yang proven e.g. Surya Institute. Program sudah berjalan dengan baik dengan adanya beberapa lulusan terbaik dan membanggakan di level S1 hingga ‘mungkin’ S2 dan S3. Namun konon (belum tentu benar) program ini akan di hentikan dengan adanya signal peleburan (dibubarkan) BP ESDM ini.
Nah, kalau dengan begini, mau di bawa kemana pendidikan kita? Semoga saja ada succession plan-nya Pak Lukas!
Lihat lagi Bupati Jayapura Habel Suway dengan program P5-nya sudah menghasilkan beberapa lulusan (orang Papua) yang sangat baik dan sekarang sedang berada di Papua di berbagai instansi.
Lihat lagi beberapa Bupati dari daerah tengan-gunung Papua (Puncak Jaya, Lani Jaya, Pegunungan Bintang hingga Merauke) tidak tanggung-tanggung untuk mengirim anak-anak mereka untuk di didik di BSD, Tangerang.
Ini harus kita salut! Tetapi kenapa ‘grand plan’ tidak sekalian saja di buat oleh Pemprov Papua/Papua Barat kemudian di jadikan guideline kepada kabupaten mana saja sehingga semua program pendidikan apapun akan mengisi dan menjawab plan yang sudah di buat.
Kenapa saya katakan demikian, persoalannya adalah generasi yang kita sekolahkan ini harusnya sudah di berikan tanggung jawab yang ‘real’ untuk menjadi agen pendorong pembangunan ekonomi, sosial, budaya, bahasa, infrastruktur dan bidang lain untuk Papua.
Mereka akan menjadi generasi ‘pintar dan cerdas’ yang akan memastikan kalau pembangunan apapun dari sisi manapun di eksekusi dengan adil dan sejujurnya dan berdasarkan meritokrasi yang jelas.
Dengan ini kehidupan yang adil dan harmonis akan tercapai. Komunitas akan sadar akan pentingnya memiliki skill atau kompetensi (di dapat dari pendidikan) adalah penting dan modal kritikal untuk kehidupan bermasyarakat. Dengan kata lain kita semua sadar akan pentingnya ‘becoming productive member of society’ dimana ini penting untuk bangun Papua.
Intinya, susah kalau tidak di plankan dari sekarang apa kebutuhan Papua sekarang dan yang akan datang di 10-20 tahun dari sekarang dalam relasi dengan pengembangan productive manpower capability kita.
Sekarang kita sudah memiliki Gubernur Papua baru yang kalau kita ikuti di media masa beliau menang dengan angka yang sangat bagus. Harapan saya sebaiknya pendidikan di bikin sedemikian mungkin sehingga;
1. Anak Papua yang mau sekolah sudah tidak susah lagi
2. Anak Papua dari dini hari sudah memiliki visi yang jelas untuk menjadi apa dan berkontribusi dimana
3. Anak Papua di bantu untuk menjadi bagian dari dunia yang mendedikasikan diri untuk memastikan kalau 1-100 tahun kedepan generasi kami tetap masih exist.
4. Anak Papua dapat menjadi member of productive society di negara ini.
5. Anak Papua dapat memastikan kalau kehidupan kami yang tercipta dari kehidupan non-modern(dari adat/budaya) tetap berlangsung
6. Kami bisa jadi anak modern tetapi juga tetap menjadi anak ‘kampung/suku/bangsa Papua’ yang terus ‘menjaga’ hak sulung dan hak/ajaran leluhur kami yang mendahului kita.
Tolong jangan bargaining/compromise/business-ing pendidikan karena ini masalah survival kami yang ada, lahir dan akan lepas nafas di Papua.
*Septinus Georga Saa adalah pemerhati pendidikan di Papua. Ia juga pernah menjadi pemenang lomba First Step to Nobel Prize in Physics pada tahun 2004 dari Papua


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KATA KATA CINTA

KATA KATA CINTA
LEPINUS KOGOYA Sejak ku tak tahu arti cinta Aku mengertinya hingga sekarang Selalu dan selalu tak pernah puas Cinta terkadang membuatnya terbang Terbang kelangit yang tinggi Cinta juga terkadang membuatnya hancur Hancur memecah hati... Aku terlalu sayang padamu Aku tahu tentang dirimu Aku bukanlah laki-laki yang pantas untukmu Aku Tak pernah bisa kau harap Aku tak punya apa-apa Namun dibalik itu semua Ku tahu, kutahu kau mempermainkan aku Ku diam, ku coba tuk bersabar Hingga saat malam tiba Ku yakinkan hati Bahwa dia bukanlah yang terbaik untukku Dia menusukku dari belakang Selamat tinggal kekasih hati...

ABU

ABU
Kata2 mutiara adalah posting kumpulan kata mutiara hati yang saya harapkan bisa memberikan pencerahan hati dan ketentraman bagi anda. Sebelumnya saya juga sudah memposting kata bijak cinta dengan kumpulan kata bijak dan kata mutiara berbagai kata kata mutiara yang akan membantu anda memahami dunia. Saya mengumpulkan daftar kata mutiara dari berbagai sumber dan memang sumbernya terkadang sama, so anda akan menemukan beberapa kata yang mirip atau mungkin sama.

kata2 Mutiara

kata2 Mutiara
Kata2 mutiara adalah posting kumpulan kata mutiara hati yang saya harapkan bisa memberikan pencerahan hati dan ketentraman bagi anda. Sebelumnya saya juga sudah memposting kata bijak cinta dengan kumpulan kata bijak dan kata mutiara berbagai kata kata mutiara yang akan membantu anda memahami dunia. Saya mengumpulkan daftar kata mutiara dari berbagai sumber dan memang sumbernya terkadang sama, so anda akan menemukan beberapa kata yang mirip atau mungkin sama. Kata2 mutiara hati, Ilmu pengetahuan harus dipahami dengan sungguh-sungguh, baru bisa menjadi kebijaksanaan dalam diri sendiri. Kata2 mutiara hati, Kasih sayang tidak dapat dengan memohon pada orang lain, melainkan diperoleh dari sumbangsih yang diberikan. Kata2 mutiara hati, Musuh terbesar kita bukanlah orang lain, melainkan diri kita sendiri.